Jumat, 30 September 2011

Pandangan kita sempat bertemu mencari-cari sesuatu di malam itu.
Beradu di entah menit yang ke berapa,
Berdurasi satu-dua detik yang dicuri mata.

Mungkin itu ada di tawamu, atau di matamu.
Tertangkap di jeda-jeda-tak-sengaja yang disengaja.
Atau mungkin terdampar di rasa yang tertinggal
Kala mata bertemu mata rasa itu tak lagi bisa menyamar.  

Kalau hati punya bahasanya, mungkin mereka saling tahu.
Karena entah apa yang ditanya hatimu saat itu.
Hatiku mengangguk dan menjawab: "iya, saya pun mau."


***
Yes you! Yes us! 
Bertukaran pesan di udara sebenarnya tidak berguna.
Sampai makanan habis pun ternyata kita tetap manusia dungu.
yang membiarkan hatinya termangu dipasung ragu.

Minggu, 25 September 2011

hello...

Kalau nanti ketika mencari, kamu menemukan aku, 
panggil ya..

Mungkin aku sedang duduk merajut fantasi atau sedang berlari bersama mimpi.
Mungkin aku sedang sibuk menulis ditemani secangkir kopi,
Sedang mengernyitkan dahi asik brainstorm sendiri.
Tapi berjanjilah untuk memanggilku.

Mungkin aku sedang berbaring menatap bintang,
sambil sesekali tertawa geli mendengar bunyi perutku yang kelaparan.
Atau mungkin aku sedang mencerna ilustrasi di angkasa,
apakah anjing atau naga yang sedang digambar awan?
Atau bisa jadi aku sedang hanyut mengingat impian
seiring mata mengikuti gerak pesawat yang melintas terbang,
Tetaplah menyapa, memanggil aku

Jika saat itu aku sedang kuyub kehujanan, atau belepotan bermain tanah,
Atau sedang menyeka air mata, termangu lalu mengumpat tak ramah,
Bahkan kalau aku tak menyadari hadirnya kamu,
Beranilah tetap memanggil, jangan jadi berlalu.

Karena kamu dan aku kelak punya sesuatu.
Dan saat kita bertemu, kita pasti 'tahu' 
Kamulah jalan pulang ke 'rumah' yang aku tunggu.

for my summer(s)

 
Karena kamu summer-ku, 
partner berpetualang di semesta kecil musim panasku.

Mari tersenyum untuk segala 'pernah' yang kita punya

Untuk pernah saling mencuri pandang
sampai akhirnya berani saling bertatapan
Untuk saling melempar kode dan mengaktifkan sinyal,
sampai saling bisa menerjemahkan arti tiap lirikan.
Untuk pernah bergandengan tangan sambil celingukan.
Untuk berpura-pura tidak rindu yang kemudian diungkap tidak tahu malu.
Untuk setiap momen bermusuhan untuk kembali baikan.
Untuk setiap ciuman diam-diam atau terang-terangan.
Untuk musik jazz yang membuat kita bergoyang pelan
atau orkes jalanan yang kita dengar sambil cekikikan. 
Untuk menu canggih atau beer pinggir jalan yang jadi saksi.
Untuk menari berdua dan tidak ada jaim di agenda kita.
Untuk melogiskan sensasi tidak mengendap jadi perasan.
Untuk membunuh perasaan ketika makin keterlaluan.
Untuk mengusap air mata dan ingus akibat asumsi yang berlebihan
Yang dilanjutkan dengan menertawakan ketololan.
Untuk sengaja mencemplungkan diri ke resiko hati;
Entah akhirnya akan bilang: "Untung gue gak jatuh cinta." 
atau  "Sial, aku beneran sayang dia!"
Entah di ujungnya akan menjadi: "Ya udah, bye." 
atau: "ya Tuhan, aku kehilangan." 

Untuk setiap rasa yang dicari-cari dan kemudian dilepas kembali,
Kita adalah potongan cerita tentang saling menangkap 
untuk membiarkan masing-masing pergi lagi.

Mari tersenyum untuk segala 'pernah' yang kita punya.
 
"Meskipun jika akhirnya tidak bahagia, paling tidak kita pernah tertawa bersama."  -@tlvi

Jumat, 23 September 2011

you, are home...

Now I understand...
You are hot chocolate after soaking of a sudden storm. 
You are a warm kitchen pouring in sunlight after a stiff cold walk on the snows. 
You are chicken soup amidst the stifling and sufferings of a cold. 
You are warm woolen blankets on the coldest nights that chills the bone. 
You are the warm fire in the chill of camping grounds.
You, are home...

~Jessica Lim. 

(via alodita.blogspot.com)

Rabu, 14 September 2011

ada 'ego' di dalam 'bego'



Aku mengganggu katamu?
Mungkin lebih tepat kamu yang selalu buru-buru.
Tidak mau mengaku pada hati kecilmu.

Aku mengganggu katamu?
Barangkali kamu yang pilih sembunyi
Dibalik tembok yang sengaja dibangun tinggi-tinggi.

Aku tidak mengganggu.
Kamu saja yang tidak ijinkan larimu menjadi berjalan
Membiarkan cinta merabamu pelan-pelan
Dan hatimu disentuh sayang. 

Udara selalu tahu, 
Kita ingin bisa mencinta sesederhana itu.
Tapi udara pun tahu
Membuatnya rumit adalah keahlian kita yang baru.

sore oranye. "I'm home..."



Sesuatu di gambar ini membuat saya jatuh hati.

Ini cuma gambar atmosfir sore oranye berhias lampu-lampu kecil.
Tapi semacam ada hembusan hangat di dalamnya.
Dimana kaki-kaki melangkah dengan ringan dan bebas,
dan jiwa yang biasa didikte brief kembali bernafas.  
Dengung mesin komputer dan deadline menguap tiba-tiba,
dan langkahmu adalah langkah-langkah pulang ke rumah.

Itu suatu sore oranye yang hangat.
Dimana cinta dan human touch kembali diingat.

Dan kamu pun sore oranyeku.
Ketika dingin AC kantor berganti adem yang nyaman.
ketika baju formal diganti pakaian santai
ketika sekeliling terasa ringan dan hati melapang.
Dan tak ada yang dipaksakan ketika berucap: 
"Sayang, aku pulang." :)

Sabtu, 10 September 2011

story of six kisses

Ciuman itu gak ada yang bodoh
Yang ada hatimu dibuat menghangat sekaligus menggebu.

Ciuman itu gak ada yang bodoh
Yang ada ialah ciuman yang rasanya mau kau ingat,
dan tetap kau ingat-ingat ketika bangun keesokan pagi.
 
Ciuman itu gak ada yang bodoh 
Yang ada bibirmu sedang diajak menari.
Tanpa petunjuk arah, ayunannya terkoreografi seirama.

Ciuman itu gak ada yang bodoh
Itu rindumu yang sedang rayakan momen berdua.
Di tiap nafas yang bertukar, hatimu merekam setiap aroma.

Ciuman itu gak ada yang bodoh
Yang ada kamu dibuat terkejut,
Seseorang yang begitu pendiam bisa mencium sebegitu hidup.

Ciuman itu gak ada yang bodoh 
Cerita selanjutnyalah yang bikin kamu merasa begitu,
Sempat membiarkan ciuman itu ada, 
Karena selanjutnya kamu beneran jatuh cinta.
  
(Ke 6) Ciuman itu gak ada yang bodoh
Tapi kamu tahu kamu menunggu ciuman ke 'tujuh'
dari seseorang yang membuat kamu tidak ingin ciuman lagi 
dengan si delapan, sembilan, atau sepuluh.


Jumat, 02 September 2011

"you grieve at the level you love"

Nggak, aku nggak nangis.
Aku cuma kelilipan. 

Ada sayang dihempas buru-buru,
Hempasannya tertahan dan kini rasaku beku,
Dan udara yang kuhirup mendadak kelabu.

Nggak, aku nggak nangis
Cuma sedang mencerna suatu sayang
yang tidak pernah disampaikan.

Dan kini rasaku lelah.
Menguap pekat menjadi gerah.
Mengumpul di mata, tumpah, dan pecah..