Kamis, 27 Agustus 2015

Titik Persinggungan


Dulu, beberapa tahun yang lalu, pas masih di kantor lama, saya jatuh cinta sama teman sekantor. Dia pakai kacamata, mukanya baik dan smart! Tipe gue banget!
Lumayan jadi sering ngobrol, makan, kerja bareng dan pulang bareng nebeng mobilnya. He's one of the nicest and tender man I've ever met. Boleh ya gue lebay dikit bilang kalo dia itu auranya hangat kayak cinnamon roll baru keluar dari oven. As far as I can remember, he has this 'easy like sunday morning' vibe.
Pernah pada suatu sore lagi nebeng, eh taunya dia baru jadian, jadilah saya dengerin percakapan pasangan yang lagi mesra-mesranya. Bangke! Saya patah hati di dalam mobilnya. Saat itu sore menjelang malam, di mobil cuma berduaan, lagi macet dan turun hujan.
Dari ceritanya, saya menangkap kesan kalo ceweknya ini smart lagi ambil S2. Ah, kalo dibandingin sama dia, apa lah gue ini... Begitu pikiran saya saat itu.

Singkat cerita, kami gak sekantor lagi, cuma temenan di fesbuk.

Seminggu yang lalu, pas maghrib-maghrib lagi buka fesbuk, munculah foto si cowok ini di-tag oleh seorang cewek. Mereka berduaan dan berdirinya deketan. Naluri stalker ini langsung muncul dong, segera gue klik akun FBnya! Dan... yeah, ternyata mereka baru jadian.

Ceweknya suka dandan. 

Dan kerja di taman safari.


Lo tau apa yang lucu?  
Dulu, beberapa tahun yang lalu, ketika titik gue dan titik cowok tsb bersinggungan, di mana kami dipertemukan, gue masih ada di tempat di mana gue masih ada di low vibration.
Sekarang, bertahun-tahun kemudian, ketika gue udah jadi cewek yang gue rasa gue udah ‘cukup’ keren, and in good vibration, dia udah bersama cewek lain. Udah cukup keren maksudnya gini, kalo semisal gue diajak nikah sama dia, gue bisa dengan asiknya bilang: ayok, siapa takut!  Sesuatu yang gak mungkin keluar dari mulut gue bertahun2 yang lalu--saking gak pedeannya. Tapi justru di saat gue udah cukup pede, cukup asik, cukup keren, dan jauuuh lebih happy, dia udah jadian sama cewek lain.

Kan lucu ya....
Titik-titik persinggungan kita dengan seseorang terkadang justru terjadi ketika kita masih di point yang ‘belum tepat’: ketika kita masih gak pedean, masih drama queen, masih emotionally unavailable, masih suka ngajak perang, makannya masih belepotan, dsb, dsb. Dan 'special chance' saat itu bisa jadi terlewat begitu saja. Sementara, titik kita dan titik orang tsb bisa bersinggungan kembali mungkin sudah gak ada lagi. Heck, kesempatannya sudah lewat, madingnya sudah terbit. 
Mungkin pelajarannya adalah begini: teruslah evolve jadi pribadi yang tepat, tidak kusut lagi, tidak shitty lagi. Karena siapa tau, pada suatu hari yang cerah, secara tidak kita sangka-sangka, Tuhan pemilik langit dan bumi sedang mengedipkan matanya ke arah kita, Dia memberikan kita titik persinggungan dengan seseorang yang istimewa. Dan pada saat itu datang, kita tidak melewatkannya lagi. Amin.

Ps. Ah, emang pada dasarnya kami gak jodoh aja kali.
Anyway, still that's a good profound personal lesson for me. About time. About chance. About not taken for granted apapun yang udah dikasih sama kita.

Update: dia udah putus sama cewek itu.



Selasa, 06 Agustus 2013

Hei Universe..

Makasih loh udah ngasih cerita-cerita baru. 
Tiap bagian mengevolusi pada waktunya.
Semesta bergerak. Paradigma berubah. Simpul kusut terurai. dan kesadaran berkembang.
Segala sesuatu akan menemukan titik seimbangnya. 

Yang dulunya menyembah kopi pagi, sekarang sudah bisa berhenti.
Yang kebanyakan diam, dipaksa untuk bergerak dan berlari.
Yang gak karuan dalam ambil keputusan, kini dibuat banyak bernafas pelan, merendahkan diri, dan bergantung pada Sang Tuhan.

Seperti kata Ayu Utami di bukunya...
Begitulah... Satu titik dalam hidup kita, manakala semesta mendukung,
dan kita pun berubah tanpa kita rencanakan.
Kita pun bisa menyukai sesuatu yang tadinya kita sebal.

(atau sebaliknya, yang dulu kita puja-puja, sekarang sudah tidak menarik lagi bagi jiwa)

Begitulah... (masih dari buku Ayu Utami)
Anak yang dulu doyan begadang, kini menjadi pecandu pagi.
Manusia lahir, tumbuh, jadi muda dan gila-gilaan.
lalu kawin, punya anak, dan jadi orang tua yang tertib.

Jadi begitulah...
Hidup tidak lagi mendrama.
Cinta bisa lebih sederhana..
Kini, perasa tambahan dan pewarna palsu kamu tinggalkan.
Setiap racun yang membunuhmu perlahan satu per satu mulai dibuang.

Begitulah...
Hidup memberi hak istimewa, supaya setiap orang makin menjadi manusia.

Ah serius sekali kita sore ini. Itu dicicipi roti isi kacang merahnya. Kalau masih kurang meriah, ini, oleskan selai kacang di atasnya. Kata siapa nggak nyambung? Kata siapa apa-apa harus selalu nyambung? Kacang merah mungkin harus bertemu kacang tanah. Siapa tau dari situ kita bertemu cerita baru lagi.
Dan berevolusil lagi.



Sabtu, 27 Juli 2013


Untuk inilah weekend itu...

Menyusuri jalan dari warung bubur kacang ijo, lalu ke tukang gado-gado.
Membawa tas dari rumah, dan pulang tidak membawa kantong plastik yang cuma jadi sampah.
Berjalan kaki menghindari becek dan laju kendaraan, tapi tetap saja kakimu dipenuhi cipratan.
Merasakan badanmu bergerak setelah banyak duduk depan komputer sepanjang senin sampai jumat.

Untuk inilah weekend itu... 

Mengupas apel gak perlu buru-buru.
Menyadari kukumu sudah panjang dan ponimu perlu dirapikan.
Merasa keren setelah melakukan pose shoulder stand.
Menyadari suatu hari kamu akan membuat versi Eat-Pray-Love mu sendiri.
Makan banyak-banyak di Itali.
Berdoa di India.
dan menemukan keseimbangan di Bali.

Untuk inilah weekend itu...

Menjaga kewarasan.
Karena kemanusiaan perlu diberi makan.

Senin, 02 Juli 2012

 
"It’s about misunderstandings between people and places, 
being disconnected and looking for moments of connection. 
There are so many moments in life when people don’t say what they mean, 
when they are just missing each other,
waiting to run into each other in a hallway."


—Sofia Coppola (trying to explain what lost in translation is about)

Selasa, 22 Mei 2012

aih, pacar!

 

Bersyukur buat jatuh cinta!

"Jika anda jatuh cinta, endokrinolog dapat melaporkan penurunan hormon stres dalam sistem endokrin anda. Psikiater dapat melaporkan peningkatan suasana hati anda, yang dapat dikonfirmasi ahli saraf melalui pemindaian otak. Ahli gizi mungkin khawatir anda kehilangan nafsu makan anda; tapi di lain pihak, apa yang anda makan dicerna lebih baik."
:)

(dari buku Reinventing the Body, Resurrecting the Soul-nya Deepak Chopra)

Selasa, 15 Mei 2012

Lihat saja...

Kelak kamu akan jatuh cinta dengan sederhana,
dan kamu akan mengerti bahwa cinta tak perlu penuh drama, apalagi berdarah-darah.

Kelak ucapan selamat pagi-siang-sore-malammu tak perlu ditahan.
Tapi rasamu juga tidak perlu berlebihan.
Bersamanya kamu mengekspresikan diri dengan mudah,
tidak perlu lagi berpura-pura, tidak lagi banyak skenario di kepala.

Suatu hari nanti kamu tahu,
Untuk segala yang pernah hilang, semesta tahu untuk mengembalikan.
Segala yang sempat terbuang, semesta tahu untuk mengirim pulang.
Segala yang sempat tertunda, selalu bisa dipertemukan lagi.


Give Thank

Terinspirasi dari blog-nya @Dear_Connie, saya pun ingin menulis daftar ucapan syukur saya. Here they are. 
Saya berterimakasih untuk:

Kemampuan saya menikmati hal-hal sederhana, corny, dan bahkan bodoh. Karena hidup menjadi lebih hidup. Dan entahlah, sesungguhnya saya bangga sama kemampuan saya yang satu itu. Terimakasih. Terimakasih. Terimakasih.

Buat papa yang (ternyata) berdoa untuk seorang pria yang baik sebagai pendamping hidup saya kelak. Karena saya tau itu bentuk cinta dan faith papa. Terimakasih. Terimakasih. Terimakasih.

Buat pria baik yang dikirim Tuhan ke hidup saya sebagai jawaban dari doa papa. Karena pokoknya entah gimana, I just knew it doa itu dijawab Tuhan. Terimakasih. Terimakasih. Terimakasih.

Saya bisa makan apa saja tanpa perlu merasa bersalah sama tubuh saya. Karena: Damn, that feels so good! Terimakasih. Terimakasih. Terimakasih.

Buat random insight yang saya temui setiap hari. Remah-remah roti yang turun dari awan. Semacam menerima potongan puzzle yang melengkapi gambar besar perjalanan saya. Terimakasih. Terimakasih. Terimakasih.

Buat tempat tidur saya yang enak, buat koleksi buku saya yang banyak, dan buat komputer saya. Dan koneksi internet. Terimakasih. Terimakasih. Terimakasih.

Buat sepatu teplek yang membuat saya siap menaklukan dunia (baca: ngejar, naik, turun bis setiap harinya).

Buat keluarga dan sahabat dan teman-teman kantor yang berenergi baik. Terimakasih. Terimakasih. Terimakasih.

Buat kamu, mon cheri. Kamu membuat lirik-lirik lagu cinta yang dulu rasa-rasanya pengen saya lepehin menjadi masuk akal. Terimakasih. Terimakasih. Terimakasih. 

Buat kopi panas yang menemani saya menyalakan komputer dan menekan keyboard. Buat hujan di sabtu pagi. Dan buat, ummm, combro panas dekat PTC. I just love them :)

Buat energi yang baik dari mengucap syukur. Buat ripple effect-nya. Buat makin ngerti: hidup itu baik adanya.
Terimakasih Tuhan Maha Pemberi Berkat.