Senin, 29 Agustus 2011

ngoceh part 1: tangan

Yeay, holiday.
Aha! Ternyata senin tidaklah menjadi 'I hate monday' ketika kita bisa bangun jam 10 siang. So, this is my day off morning ritual: bikin kopi, nyalain komputer, dan menulis. Jadi sepanjang ada kopi dan koneksi internet lancar, I will survive and happy all day long. Dan selama ada telor di kulkas, berarti sudah ada pertolongan pertama pada kelaparan. That's it! My life is so simple. (Dan kurang gizi for sure).
Well, Perahu Kertas udah selesai dibaca semalam. Menarik. Nemu banyak kalimat kontemplatif. Berikut percakapan antara Keenan dan Luhde dari buku Perahu Kertas:
"Kalau Keenan sudah dapat ‘jodoh’-nya, pasti tangannya langsung lancar. | Jodoh? | Setiap pelukis pasti memiliki ‘jodoh’-nya masing-masing. Kalau mereka mau bertekun sekaligus berserah, pasti mereka akan menemukannya. Jadi jangan cepat putus asa. Kadang kanvas kosong juga bersuara. Tanpa kekosongan, siapa pun tidak akan bisa memulai sesuatu. | Luhde, saya benar-benar nggak tahu harus mulai dari mana. Saya bahkan nggak yakin saya bisa melukis lagi. | Anggaplah ini langit (menunjuk kepada kanvas) Sepertinya langit ini kosong. Tapi kita tahu, langit tidak pernah kosong. Ada banyak bintang, bahkan tidak terhingga banyaknya. Langit ini cuma tertutup awan. Kalau Keenan bisa menyibak awan-awan itu, Keenan akan menemukan banyak sekali bintang. Dan dari sekian banyak bintang, akan ada satu yang berjodoh dengan kita. Saya berdoa supaya Keenan cepat menemukan bintangnya." 

'Jodoh' buat tangan saya. 
So that was my prayer too before I went to bed last night.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar